Monday, September 25, 2017

Jalur alternatif anti macet mudik lebaran

Tags

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat sore sahabat bloger, disini aku akan membagikan kisah perjalanan hidupku. Sesuai dengan judul yang aku ketik diatas, tentang cerita perjalanan mudik lebaran tahun ini yang penuh dengan suka cita ataupun duka. Awal kisah aku mulai dari perjalanan mudik keduaku menggunakan motor. Mudik kali ini aku  putuskan untuk mengendarai kuda besiku (bebek butut). Rute yang aku lewati kali ini akan berbeda dengan mudik mudik sebelumnya. Biasanya aku mudik melewati rute umum yang biasa orang lewati, maaf sebelumnya perkenalkan nama ku hafif setiaji asli orang jawa tepatnya di pesisir selatan pulaujawa(cilacapbercahaya,hehe).

Karena aku kerja dan tinggal dibogor biasanya mudik melewati jalur umum yaitu kalau gx lewat pantura ya lewat selatan. Lah pada mudik tahun ini aku putuskan untuk mudik lewat jalur dimana banyak orang belum mengetahuinya, yaitu jalur tengah. Jalur nya lumayan extrem juga. Rute yang aku lewati yaitu bekasi(cibitung,cikarang)>karawang(kosambi,cikampek)>Purwakarta>Subang(kota)->Indramayu pinggiran(bukan kotanya yaa)->Sumedang pinggiran(juga bukan kotanya ye,,makannya aku bilang ektrem karena kanan kirinye hutan)->Majalengka(kota,cikijing)->Ciamis(kota)->Banjar(kota)>Cilacapbarat>setelah itu baru nyampe ke rumah ku. .heheh.

Rute yang aku lewati kali ini memang sedikit awam bagi orang kebanyakan, tetapi memang benar jalan yang aku lewati memang kosong gx ada orang yang lewat alais sepi. Memang itu yang aku inginkan. Tetapi dibalik sepian nya jalur ini, tempatnya memang menyeramkan, kanan kiri hutan belantara dan jalannya naik turun naik (kaya judul lagu,hehe).

Sebelumnya aku memang belum tahu rute yang aku lewati kali ini, berawal dari punya kenalan orang majalengka aku jadi tahu rute jalur tengah. Orang majalengka ini namanya mang dede sapaan akrabnya, dia lah yang mengajak aku mudik bareng melewati rute yang dibilang belum banyak orang yang tahu(mungkin kalo jin udah pada tahu,hehe).

Awal perjalanan aku mulai dari pulang kerja tepatnya pada hari kamis 23 juni 2017 langsung beres-beres untuk otw mudik( bahasa kekiniannya), aku berangkat rombongan bersama 2 orang yang menggunakan motor masing masing. Yang satu mang dede orang majalengka yang keduanya mang narman orang purbalingga yang punya istri sekampung sama aku. Jam stengah 4 sore kita memulai perjalanan. Dengan membaca basmallah kami mulai perjalanan mudik kali ini. Karena momennya masih puasa, jadi mengharuskan kita untuk berbuka.  Setelah dua jam perjalanan, kita pun menepi untuk berbuka. Ketika itu kita sudah sampai purwakarta. Kita pun sepakat untuk berbuka di kedai sate maranggi (sate khas purwakarta, makanan yang bikin ketagihan). Setelah itu kita lanjutkan untuk shalat maghrib. Setelah solat kita melanjutkan perjalanan. Sekitar jam setengah 7 an kita melanjutkan perjalanan. Sesampainya di subang sekitaran jam 8 aku merasa udah gx kuat nahan kantuk, kemudian aku sarankan untuk ngopi duluww( ngopi dulu kita). Setelah ngopi tibalah waktu yang menegangkan yaitu perjalanan melewati hutan belantara, akupun disuruh untuk mem fullkan tanki bensinku (biar kaga kehabisan di hutan,maklum motor matic, boros). Tibalah saatnya melewati jalur yang dibilang extrem ini. Aku pun gx berani memacu gas nyampe 80, paling baru 70 udah di turunin lagi(cemen bgt gue). Selain jalan yang banyak tambalan nya, faktor lampu penerangan jalan yang tak ada pun membuat aku mengurungkan niat untuuk ngebut. Setelah melewati perjalanan kurang lebih 2,5 jam kita pun nyampe di majalengka di tempat mang dede. Lalu ketika mau melanjutkan perjalanan, mang dede menyuruh kita untuk menginap, karena jalanan atau rute yang akan kita lewati gelap tanpa penerangan dan di anjurkan oleh mang dede untuk berangkat setelah subuh. Karena momennya masih puasa ramadhan, kitapun dijamu untuk makan sahur di majalengka ini. Setelah makan sahur, kemudian kita melanjutkan perjalanan kira-kira jam setengah 5 an. Ternyata apa yang dikatakan mang dede itu benar, rute nya mengerikan. Selain gelap tanpa lampu penerangan, jalan yang menanjak dan banyak tikungan menjadi tantangan tersendiri (extremnya melebihi jalan menuju puncak bogor ini mah). Sesampainya di ciamis, matahari pun terbit dengan indahnya, indahnya bulan ramadhan tahun ini. Dua jam kemudian aq pun sampai dirumah dengan keadaan selamat. Setelah melewati jalan yang mengocok perut ini kusudahi kisah perjalanan mudik ku tahun 2017 ini...........................................................sekian


Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

1 comments so far

Titson Band of Titson Black Wedding bands for men
Titson Black titanium vs steel Wedding Band of Titson titanium hip Black titanium steel Wedding bands titanium melting point are a titanium dioxide wedding band and a wedding band for men in all seasons.


EmoticonEmoticon